Hari ini aku terbangun dari tidur, aku terkejut melihat jendela kamar sudah terang. Semalam aku tidur sudah sangat larut malam. Aku menonton banyak sekali film sampai tertidur. Film tersebut adalah referensi tulisan yang aku tulis untuk 30 Hari Menulis Cerita.
Dengan tergesa-gesa aku menyiapkan diri untuk pergi kekantor. Mandi dan menggosok gigi terburu-buru. Tiba tiba aku terkejut dengan rasa aneh di lidahku. Pahit, rasa aneh menjalari lidahku, tidak pernah di kenal oleh indra perasaku sebelumnya. Ternyata aku salah menuangkan sabun cuci muka di sikat gigi ku. Karena sabun cuci muka dan pasta gigiku sama-sama dikemas dalam bentuk tube.
Setelah menggerutu dan menggutuki diri sendiri. Aku mempercepat upacara grooming ini. Membuka lemari dan mengambil atasan dan bawahan sekena pandangan mata. Sambil mengorder ojek online di aplikasi.
Ponselku berbunyi, rupanya abang gojek sudah sampai di depan rumahku, aku memintanya menunggu sebentar. Kotak bekal sudah ada di meja, aku langsung menyambarnya.
Aku berlarian ke halaman rumah, meminta abang gojek untuk ngebut. Karena di aplikasi jadwal kereta yang aku lihat kebarangkatan kereta ke arah stasiun Tanah Abang 15 menit lagi. Sepuluh menit perjalanan aku sampai di Stasiun Tebet. Ternyata kartu uang elektronikku tertinggal, di meja makan.
Prinsip cashless menjadi bencana bagiku, aku tidak punya uang untuk membeli tiket kereta, sedangkan mesin atm harus memutar arah. Aku harus naik tangga penyembrangan dan masuk di pintu masuk sisi lainnya. Aku menaiki anak tangga sambil berlari.
Akhirnya aku berhasil menarik uang di atm dan membeli tiket kereta di loket. Sampai di peron 2 si oren anak bulu, tiba-tiba menghampiriku untuk meminta jatah rutinnya, ah iya aku belum memberi makan kucingku. Kemudian aku bergegas naik KRL, bersyukur karena masih PSBB kereta tidak sepadat biasanya. Aku malah kebagian tempat duduk.
Tiba-tiba perutku terasa mulas ingin buat air, karena penumpangnya sedikit udara di dalam kereta menjadi lebih dingin. Perutku semakin bergemuh, tubuhku semakin dingin karena berkeringat dingin.
Sampai di stasiun tujuan aku langsung melanjutkan perjalanan dengan ojek online menuju kantor. Sudah tidak ada waktu ultimatum otakku. Syukurlah saat tiba di depan mesin absen. Masih kurang 1 menit lagi dari jadwal yang telah di tentukan. Setelah menempelkan jempol ke mesin absen aku terburu-buru menunaikan hajat.
Aku memulai pekerjaan sesuai dengan rutinitas yang biasa aku lalukan. Menjelang waktu makan siang tiba-tiba hujan deras mengguyur Pondok Pinang. Perutpun sudah mulai protes aku buka tas bekalku. Ternyata aku membawa kotak makan kosong.
Dengan menggerutu, kesal tapi juga lucu aku pergi kekantin memesan indomie rebus dan nasi. Sambil mengaduk nasi dalam piring yang dipenuhi indomie. Aku membuka layar ponselku, aku melihat lihat timeline instargram melihat seorang traveler memposting dirinya sedang berswafoto di Paris, negeri nun jauh disana, Menara Eiffel berdiri tegak megah membuat foto tersebut semakin kayak untuk dipamerkan
Aaaaah irinya, tiba-tiba aku menghayal, seandainya ada pintu kemana sajanya doraemon dengan mudahnya aku sudah berada disana. Tinggal sebut tempat saja. Atau mungkin aku punya kekuatatan teleportasi seperti film Jump. Aku sudah keliling eropa.
Lamunanku terhenti karena nada dering ponsel. Tertulis dilayar “Ibu”, Ibu menanyakan kenapa lauk yang disiapkan tidak dibawa. Aku bercerita kalau aku membawa bekal makan tanpa isi, dengan khas ibu -ibu menasehati sambil mengomel. Aku berharap detik ini bisa di skip saja.
Tiba-tiba pandanganku gelap, saat melihat layar ponsel ternyata jam menunjukkan 04.00 AM, aku segera menyalakan lampu kamar, ku tekan saklar on off berkali-kali padanganku masih gelap, aku menyadari bahwa token listrik sudah habis.