Surat merupakan media komunikasi untuk menyampaikan informasi melalui media tertentu (kulit kayu, kain, kertas, media elektronik) yang berisi tulisan dari si pembuat (pengirim) ke si penerima. Surat ada sejak manusia mulai mengenal peradaban.
Ya tema mysterious topic hari 27, pada KUBBU 30 Hari Menulis Cerita adalah tentang surat. Setelah menghilang beberapa hari dan bolos saya kembali mencoba menulis. Komitmen yang saya setujui dan akhirnya saya langgar sendiri.
Manusia memang gudangnya salah, sudah salah masih ingin dimengerti, dimaklumi dan tidak dihakimi. Sedemikan kompleksnya makhluk Tuhan yang satu ini. Sulit dipahami.
Ya kembali ke surat, alat komunikasi ini menarik untuk di ulik. Surat menjadi semakin beragam tujuan dan manfaatnya. Selain sebagai media komunikasi bisa juga menjadi bukti (legalitas) barang, tanah, properti, hutang dan lainnya. Bahkan surat bisa menjadi sarana terapi.
Saya pernah baca di sebuah artikel yang membahas tentang masalah inner child. Kita bisa menyurati diri kita di masa anak-anak mengungkap segala sesuatu yang dulu masih mengganjal dihati. Baik itu hal-hal yang di akibatkan oleh orang lain ataupun diri sendiri.
Saya tidak akan membahas inner child lebih detail karena saya bukan ahlinya. Dan belum banyak pula referensi yang saya baca.
Setelah kembali membaca ulang tantangan hari ini.
Akhirnya saya memutuskan untuk menulis surat untuk seseorang sebut saja namanya “Zaman”.
Assalamualaikum Zaman, bagaimana keadaanmu sekarang? Apakah kau baik-baik saja, semoga Tuhan selalu menganugrahkan kebaikan bagimu. Semoga engkau selalu mendapat jatah kasih sayang Tuhan dan kau merasa di sayang oleh-Nya.
Zaman, terima kasih atas ketulusan hatimu mengenalkan cinta kasih antar anak manusia kepadaku. Cinta yang aku sendiri tidak mengerti artinya. Sudah lama aku ingin merasakannya, dan kau hadir menawarkannya.
Karena kehadiranmu hidupku sudah tidak tawar lagi, aku pernah merasakan manis pahit getirnya cinta itu. Rasa manis yang begitu memabukkan, rasa pahit yang begitu menghujam sulit sekali untuk dikalibrasi.
Terima kasih telah memberikan ku jalan melalui tahap itu, dengan melawati proses tersebut aku lebih mengenal diriku. Aku menjadi tahu kenapa aku tidak suka kebohongan, karena sering sekali aku membohongi diriku sendiri. Bahkan menerima cinta kasihmu saja aku tak sanggup. Sekian kali aku menyangkal kalau aku memang sudah terjatuh dalam kubangan cinta.
Saat kepergianmu aku semakin bisa mengenal kata cinta itu, aku belajar mencintai diriku sendiri, aku menemukan diriku yang sebenarnya. Walau aku terjatuh babak belur. Tak apa-apa biarkan aku perbaiki satu persatu.
Aku tidak menyesali tembok yang telah aku rubuhkan. Tidak biarlah rubuh berkeping-keping, dari kepingan tersebut aku akan membangun bangunan yang lebih megah nantinya. Semoga Tuhan-pun merestui dan memberikan yang lebih baik untuk kehidupanku kedepannya.
Semestapun semoga memeluk harapku. Menjadi manusia yang lebih baik setiap harinya walau hanya 0.1% perhari.