Saling Memuliakan Meleburkan Bahasa

Bahasa merupakan alat yang di gunakan untuk berkomunikasi untuk menyampikan pendapat, gagasan, konsep ataupun perasaan. Beragam bahasa digunakan alat komunikasi mulai dari gambar, simbol, bunyi atau kode-kode tertentu.

Gambar, simbol, bunyi ataupun kode-kode harus dipahami oleh kedua belah pihak yang sedang berkomunikasi, jika tidak akan menjadi masalah karena salah memahami. Lalu apa yang dapat dipahami oleh semua orang selain cinta, semua orang pernah merasakan cinta, sebagian besar orang pernah jatuh cinta, tapi tak jarang orang berselisih paham atas nama cinta.

Menurutku pribadi bahasa universal adalah bahasa yang bisa menyatukan dunia bahkan semesta, sehingga tercipta perdaiman yang hakiki. Lalu apa yang bisa menyatukan semua itu?

Masih menurut pandangan saya pribadi, sikap saling memuliakan sangat di butuhkan dalam keadaan krisis moral sekarang ini. Dengan saling memuliakan maka akan muncul rasa saling menghormati dan cinta yang tuluspun akan tercipta, walau aku lebih ingin menamakannya kasih sayang.

sumber :pixabay.com

Sikap saling memuliakan antara makhluk yang mempunyai jiwa dapat membuat harmoni yang indah, mungkin tidak ada konflik antara umat manusia dan tidak akan ada krisis ecologi.

Sikap saling memuliakan mungkin dapat meredam ego paling liar kita (biasanya saya menyebutnya monster yang harus dikendalikan). Menurut para ilmuan manusia adalah makhluk paling unggul dimuka bumi salah satunya adalah tingkat kecerdasaan mereka. Hal ini pun di benarkan oleh banyak kitab suci. Lalu apakah pantas, berdasarkan hal tersebut manusia berhak melakukan hal semau mereka terhadap makhluk lainnya dengan alasan “demi kebaikan bersama” versi mereka masing-masing?

sumber : Pixabay.com

Hewan dan tumbuhan juga merupakan makhluk yang bernyawa yang berhak hidup dibumi ini, lalu kenapa manusia tidak memuliakan makhluk Tuhan ini. Bukankah lebih indah saat sebagian dari mereka menjadi santapan, tetapi di sembelih atau di petik dengan semestinya. Membunuh seperlunya bukan sepuasnya. Memetik pada saatnya bukan ditebang sampai tunasnya.

sumber : pixabay.com

Bahkan suku Indian berpesan:

“Ketika pohon terakhir sudah ditebang, ketika sungai terakhir sudah tercemar dan ketika ikan yang terakhir sudah ditangkap, pada saat itu baru akan sadar bahwa uang tak bisa kita makan.”

Dan Alqur-an pun menjelaskan:

Dan ingatlah ketika Dia menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah setelah kaum ‘Ad dan menempatkan kamu di bumi. Di tempat yang datar kamu dirikan istana-istana dan di bukit-bukit kamu pahat menjadi rumah-rumah. Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi. – (Q.S Al-A’raf: 74)

Bukan lebih nyaman bisa hidup saling berbagi lahan dengan makhluk lainnya, tidak membabat habis semua hutan yang katanya demi pangan, padahal yang di pentingkan adalah menumpuk pundi-pundi mata uang berdalih untuk kepentingan manusia demi berkembangan zaman dan teknologi.

Dengan saling memuliakan menurut pandangan pribadi saya, akan memunculkan rasa cukup, rasa syukur, mari kita berlatih perlahan tapi pasti untuk mengendalikan monster itu, jangan sampai kita yang dikendalikan. Saat monster tersebut berhasil mengendalikan makhluk yang berlabel manusia masih pantaskah di sebut sebagai makhluk paling mulia?

Exit mobile version