Poetry

Mengasuh Diri

Hidup adalah Perjuangan,

Cintapun harus diperjuangkan

Entah memperjuangkan cinta untuk hidup

Ataupun memperjuangkan kehidupan cinta

Pejuang adalah seorang kesatria

Yang gagah berani menghadang badai

Jauh dari rasionalisasi

Seringkali hanya memakai intuisi

Hanya mengikuti hasutan hati

Bukan tidak berakal, atau hilang akal, hatipun berakal,

berpangkal dari rasa yang enggan pergi.

Jika kini telah kehilangan diri,

Pergi menepi ketempat sepi hanya sebuah ilusi.

Menghilang bukan jawaban,

Bukan pula keputusan rasional.

Bertahan bukanlah pilihan terbaik.

Apakah kau tak lelah menahan beban?

Jika tak sanggup maju menghadang badai

Berdamailah dengan diri sendiri

Biarkan badai menghantam

Sampai ia lelah membenturkan diri

Tenang pasti datang, sambil membisikkan riak ombak

Lembuuut menyentuh bibir pantai.

Seperti sebuah siklus, berulang setiap babak

Tenanglah dengan damai, dirimu tidak selamanya di detik ini.

Hidup hanya sekali, jangan sampai merugi

Sampai tiba waktunya menuju abadi

Mari terus mengasuh diri.

Terima kasih wahai diri, sudah sejauh ini,

Mencintai diriku tanpa tapi.

Kamis, 27 Oktober 2022; 1:31 AM

Show More

Reno

Traveler, Backpacker, Animation Lover, Animal's Lovers, Pluviophile, Nyctophilia,

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Check Also
Close
Back to top button
error: Content is protected !!