Hope and Hopeless

“Menurut surat Al-baqarah, Allah tak akan memberikan/membebankan cobaan melebihi kemampuan hambanya. Tapi misal kita menyerah saat diberikan cobaan itu, apakah itu artinya kita ga percaya dengan takdir yg diberikan Allah ke kita? Karena kesannya Allah udah menganggap lo kuat kok gue kasih cobaan ini, tapi ternyata lo ga percaya akan hal itu dan nyerah.“ Pertanyaan tersebut muncul di halaman chat Whatsappnya Luna dari salah satu temannya yang bernama Lara.
Luna ingin segera membalas pesan tersebut, tetapi bimbang dengan jawabannya. Yang terpikirkan oleh Luna saat ini temannya sedang dalam kondisi seperti apa, kenapa tiba-tiba Lara melontarkan pertanyaan seperti itu? Apakah Lara sedang kecewa, bagaimana Lara bisa kecewa sedemikan rupa? Setelah beberapa jam kemudian Luna baru menjawab pesan tersebut.
Luna mulai mengetik pesan untuk sahabatnya itu:
Gue ga tau kenapa lu bertanya hal tersebut, kalaupun lu mau cerita gue siap mendengarkan. Tapi yang pasti disini lu bukannya tidak percaya takdir. Tapi lebih karena lu ingin nyerah. Itu perkara pola pikirlu. Dan wajar sih manusiawi banget kecewa, ingin menyerah dan iman pun selalu naik turun.
Tapi pada saat lagi turun inget ada tanjakan, saat ada tanjakan inget ada turunan. Hidup itu bukan hanya saat ini. Ya walau klise roda itu berputar, roda kehidupan.
Apapun itu inget lagi kemampuan lo, apa lu udah mengeluarkan semua amunisi ibarat klo orang sedang perang. Coba tanya lagi sama diri lo sendiri. Apa lo rela mengibarkan bendera putih sementara stock amunisi lu masih banyak, apa itu ga mubazir.
Panjang sekali ketikan jawaban Luna untuk Lara. Di sisi lain sebelah sana Lara sibuk berdialog dengan diri sendiri. Mungkin jawaban Luna tidak sepenuhnya benar, tetapi dia berupaya sedemikan rupa menyusun kata, agar temannya menerima pandangan lain tentang harapan, yang ditanggap oleh Luna saat ini Lara sedang kehilangan harapannya.
***
Harapan adalah kehidupan, sedemikian besar pengaruhnya bagi kehidupan jika seseorang kehilangan harapan. Seperti layangan putus, pasrah pada angin saja tidak cukup. Seperti pesawat kehilangan sinyal mengandalkan intuisi saja tidak menjamin pesawat landing dengan selamat.
Perlu panduan, rujukan, dan tujuan. Dan saat ini aku selalu menggantungkan harapanku pada Allah. Selalu berusaha mencari sinyal terkuat bagaimanapun caranya. Dimanapun spotnya.
Serumit apapun tampak dari bawah Insya Allah dari atas menggambarkan keindahan. Jika berharap pada manusia saja bisa kecewa, kenapa aku harus mengecewakan diri sendiri dengan tidak mau berharap kepada Allah. Semoga kita semua lulus ujian naik kelas dari Tuhan ya.
Dua hari setelah Luna mengirimkan pesan kepada Lara, Lara mengajak Luna untuk bertemu, kalimat demi kalimat diatas adalah ringkasan dari percakapan dengan sahabatnya.
***
Harapan memang sangat penting untuk manusia meneruskankan kehidupan tanpa harapan, kita seperti tidak punya tujuan hidup.
“Penderitaan yang sesungguhnya adalah ketika kamu kehilangan kepercayaan diri dan harapan. Ketika Allah tak ada dalam tujuan hidupmu ”
― Helvy Tiana Rosa, Tanah Perempuan ―
One Comment