HealthyLife Style

COVID-19, GEJALA DAN CERITA PENYINTAS

CEMAS DENGAN COVID-19

Sudah hampir genap setahun kita berperang dengan lawan kasat mata yang bernama Coronavirus 19 (Covid-19). Karena hal tersebut kita dipaksa untuk membiasakan diri menjalankan protokol kesehatan.

Info mengenai prosedur pencegahan penularan virus ini telah disebarkan ke berbagai media.

Mulai dari TV, radio, infografis, himbauan dari influencer sampai dengan Peraturan Pemerintah daerah bahkan Presiden juga telah menghimbau rakyatnya untuk mematuhi protokol kesehatan.

Lalu, apakah semuanya patuh dan taat aturan? Apakah jika taat aturan akan terhindar oleh serangan virus tersebut? Jawabannya jelas tidak, yang namanya tindakan pencegahan bukan jaminan tidak terpapar.

Setaat-taatnya seorang hamba Tuhan pasti di uji oleh Sang Maha Pencipta, apalagi ini hanya sebuah prosedur pencegahan agar tidak tertular. Tidak ada yang menjamin kamu tidak tertular.

Jika jumlah yang terpapar virus semakin membesar dan meluas penyebarannya, hanya menunggu waktu saja.

Lalu, bagaimana jika tertular apa yang saya harus lakukan?

Tindakan pertama yang harus di lakukan adalah “stop thinking too much & don’t panic”. Terimalah kenyataan bahwa kita semua berpotensi tertular, yang perlu dicari tahu adalah langkah apa yang terbaik untuk semua, ya kamu yang terpapar, ya lingkungan sekitarmu.

Pada bulan April 2020 mengalami kecemasan yang besar atas covid-19. Semua informasi mengenai covid-19 saya telan semua sampai akhirnya muntah, menyebabkan tingkat kecemasan semakin tinggi. Prilaku konyolpun sempat menghampiri saya akibat tingkat kecemasan saya yang tinggi tersebut.

COVID-19, GEJALA DAN CERITA PENYINTAS 1
April 2020 saat orang lain WFH dan saya harus ke Kantor, tindakan konyolpun di lakukan

BAGAIMANA BISA TERTULAR?

Menjelang pergantian Tahun 2020 saya menderita demam drama Covid-19, kisahnya berawal dari Ibu Suri yang demam tinggi 2 (dua) hari berturut-turut tidak kunjung sembuh. Pada hari ke 3 (tiga) suhu badan Ibu mencapau 38.9 OC, sedangkan saya mulai merasakan sakit tenggorokan.

Ibu Suri menolak untuk ditangani melalui tindakan medis. Beliau sangat yakin hanya masuk angin, akan sembuh dengan obat warung dan herbal ramuan yang biasa beliau minum.

Tanggal 28 Desember 2020 tepat di hari ke 4 (empat) Ibu saya demam, tubuh saya menunjukan suhu 38.5 OC. Dan keesokan harinya saya langsung test Antigen, dan sesuai dengan dugaan saya dengan gejala yang Ibu alami kami pasti terpapar Covid-19.

APA SAJA GEJALA YANG KAMI RASAKAN?

Jadi gejala yang di alami oleh setiap orang bisa sama, bisa juga berbeda, tapi tidak mutlak sama persis. Gejalanyapun menyerupai penyakit lainnya.

Ibu mengalami gejala panas sore menjelang malam hari dan di pagi hari menjelang siang suhu badannya normal. Mirip dengan orang bergejala typus.

Setelah hasil test antigen saya keluar, saya memaksa Ibu dengan penuh drama pergi ke dokter agar mendapat penganan yang tepat. Syukur alhamdulillah beliau mau ke dokter klinik dekat rumah.

Ibu di kasih antibiotik dan banyak vitamin B, C, dan Zink. Kenapa tidak kerumah sakit? Ibu melarang saya menghubungi rumah sakit dan saya dalam status positif covid.

Jika menghubungi rumah sakit Ibu takut naik ambulans (sepertinya punya pengalaman tidak menyenangkan) dan tidak memungkin untuk naik kendaraan umum. Serta Ibu tidak mau di isolasi di Wisna Atlit entah kenapa.

COVID-19, GEJALA DAN CERITA PENYINTAS 2

Saya melaporkan hasil test antigen ke gugus covid setempat dan kami di jadwalkan untuk melakukan test PCR tanggal 6 Januari 2021. Alasannya karena masih libur panjang dan pada tanggal 4&5 Jan 2021 sudah kehabisan quota.

Ibu Suri masih rajin minum herbal seperti Rebusan Bawang Putih, Jahe, Kunyit, Sereh dan Jeruk nipis. Bawang putih dijadikan obat sirup dengan mengambil saripatinya, karena Ibu kebal rasa, tidak ada sensasi panas dilidah saat meminum sirup bawang putih tersebut.

ISOLASI MANDIRI BAGI PASIEN BUKAN KOMORBIT, APAKAH DI BOLEHKAN?

Tanggal 10 Januari 2021 hasilnya SWAB PCR dari puskesmas keluar, hasilnya sungguh di luar dugaan. Ibu Negatif dan saya masih positif Covid.

Kok bisa, ya ternyata begitu kenyataannya. Mungkin Imun Ibu dalam keadaan baik. Waktu itu tidak di diagnosa lebih lanjut.

Petugas puskemas mengkonfirmasi kembali apakah kami komorbid seperti punya keluhan jantung, darah tinggi, asma, tiroid dan lainnya. Alhamdulillah kami tidak mempunyai komorbid.

Petugas puskesmas melanjutkan pertanyaan, berapa kamar tidur & kamar mandi yang tersedia di tempat saya tinggal. Saya menjawab 2 kamar tidur dan 1 kamar mandi.

Kondisi ini tidak memungkin saya untuk isolasi mandiri.

Petugas puskesmas merekomendasikan saya untuk isolasi di Wisma Atlet dan saya ikut saja. Beliau berjanji besok pagi akan dikabari, kami yang positif di seluruh kecamatan Duren Sawit akan di berangkatkan bersama sama dari Puskesmas dengan Bus.

Pagi hari tiba, tidak ada kabar berita menjelang petang. Pikiran saya sudah tidak karuan, takut kembali menularkan Ibu. Saya mulai dihantui overthingking dan kecemasan yang menyiksa.

Saya mencoba memikirkan alternatif lain, seperti menginap di hotel rujukan covid ataupun hotel bukan rujukan covid. Saya mencoba menelpon hotel tersebut satu persatu.

Dari 32 daftar hotel rujukan covid yang saya peroleh dari website resmi covid hanya 6 hotel yang masih bekerja sama dengan pemerintah, selebihnya telah mengundurkan diri.

Lalu, bagaimana dengan hotel bukan rujukan Covid-19?

Untuk booking kamar saja mustahil di lakukan, saya berkali-kali di tolak karena mengaku positif covid-19 dan ingin isolasi disana.

Sampai hari ke 2 semenjak direkomendasikan oleh petugas puskesmas, jawabannya masih sama, menunggu kabar dari Wisma mengenai ketersedian kamar dan akan dihubungi kembali.

OBAT APA YANG HARUS DISEDIAKAN SAAT ISOLASI MANDIRI

Okay, saya harus fokus untuk sembuh, saya mencoba menenangkan diri.

Saya mulai menghubungi teman-teman penyintas covid-19. Bagaimana menjalani Isolasi Mandiri dan apa saja yang harus di konsumsi dan dilakukan saat isolasi mandiri?

Saya sudah terlalu kecewa dengan petugas puskesmas, membuat saya enggan untuk berkomunikasi lebih lanjut.

Saya mendapatkan buku panduan isolasi mandiri dari teman saya. Dari buku tersebut di jelaskan alat apa saja yang diperlukan dan obat apa saja yang di rekomendasikan.

Buku isolasi mandiri.

Berikut beberapa obat yang saya konsumi sesuai dengan referensi berbagai sumber.

COVID-19, GEJALA DAN CERITA PENYINTAS 3

Selain meminum vitamin & obat herbal terapi yang saya lakukan adalah berkumur dengan air garam sampai ke kerongkongan dengan gle gle gle 3 kali dan nassal (cuci hidung) dengan cairan infus.

Cara Cuci Hidung

Selama isolasi mandiri semua kegiatan saya lakukan di kamar, di atas kasur mulai dari sarapan, kerja dan tidur. Saya hanya keluar kamar jika ingin mandi dan buang air.

Kegiatan panggilan alam (buang hajat) dan bersih-bersih diri menjadi aktifitas yang merepotkan. Setiap kali saya memegang sesuatu akan saya bilas dengan sabun. Mulai dari gayung, keran, gagang pintu dan lantai akan saya siram dengan karbol.

COVID-19, GEJALA DAN CERITA PENYINTAS 4
Sarapan bersama Mereka (Alat Tempur Imun)

DINYATAKAN NEGATIF APAKAH BERPOTENSI TERPAPAR?

Pada tanggal 17 Januari 2021 kami (saya dan Ibu) kembali SWAB Test, dan alhamdulillah hasilnya dua-duanya negatif.

Ternyata CT (Cycle Threshold) dibawah 30 lah yang mempunyai potensi besar penularan. Biasanya Nilai CT kurang dari 30 dialami di hari ke 3 dan ke 4, terjawab sudah kenapa saya langsung demam di hari ke 3 Ibu Demam.

Virus dari sampel yang memiliki nilai CT > 34, tidak menimbulkan infeksi.  Perlu juga diperhatikan bahwa nilai CT dihasilkan sangat bergantung dengan beberapa hal teknis, mulai dari metode pengambilan sampel, jumlah materi genetik yang terkandung dalam sampel, metode ekstraksi yang digunakan, serta kit PCR yang dipakai. 

Berdasarkan beberapa artikel yang saya baca, imun tubuh akan kebal selama 6 (enam) bulan setelah dinyatakan negatif tetapi tidak ada jaminan, tidak terpapar kembali.

Dalam beberapa kasus malah ada penyintas covid-19 yang menderita long covid. Dengan keluhan mudah lelah, dada masih sesak, batuk yang tak kunjung sembuh.

Seperti itulah pengalaman saya sebagai penyintas covid-19.

Jika tidak percaya dengan adanya covid-19 silahkan hidup mengasingkan diri di pulau tidak berpenghuni. Jika kamu pergi ke medan perang dan mati kamu hanya mati seorang diri, jika kamu siap mati menghadapi covid-19 kamu membawa orang lain mengikuti kematianmu.

Anggap saja kamu tidak peduli dengan diri sendiri, tapi bagaimana dengan orang-orang yang kamu sayang, apakah kamu rela, mereka mati karenamu.

Terima kasih sudah membaca celotehan saya tentang covid-19 sampai akhir, jika ada yang mempunyai pengalaman tentang covid-19 boleh dong di share 🙂

“Stay Safe, Clean, Keep Healthy” 

Show More

Reno

Traveler, Backpacker, Animation Lover, Animal's Lovers, Pluviophile, Nyctophilia,

Related Articles

55 Comments

  1. Kebetulan gw sendiri ga punya pengalaman langsung tentang Covid-19, tapi gw sempet hampir deg deg-an bgt karena hal ini..
    Jadi singkatnya, karena pekerjaan, gw harus ketemu orang yang mana orang itu sebelumnya habis ketemuan sama orang yang positif Covid..
    Setelah users gw tahu hal ini, gw ngga diperbolehkan masuk kantor dulu sampai orang yang ketemuan sama gw di tes swab dan hasilnya harus negatif..
    Selama waktu menunggu itu, gw deg2an karena ada rencana yg harus di-cancel seandainya orang tersebut positif Covid..
    Alhamdulillah, hasil tes orang itu negatif, jadi gw boleh masuk kantor lagi dan ga perlu cancel rencana gw..
    Ini sedikit cerita dari gw, terima kasih udah berbagi cerita karena bisa menguatkan temen2 lain yang mungkin lagi berjuang dengan Covid-19 ini..

    Awesome post!

    1. Iya covid bikin tingkat cemas naik beberapa tingkat. apalagi denger ada yg tertular pernah berkontak dengan kita. tapi ya gimana keadaannya seperti ini.

  2. Memang meski udah menjaga prokes kita masih bisa terpapar covid 19, makanya aku pribadi tetap jaga kesehatan dengan konsumsi makanan bergizi dan berolahrga untuk jaga imun biar tetap on. Apalagi untuk kita yg tinggal bareng orang tua, duhh bebannya lebih tinggi lagi, takutnya kita yg nularin…tp di kasus mba….syukurnya ibu justru lebih cepat pulih ya…efek konsumsi rimpang kali ya. Btw, thanks for sharing sebagai penyintas covid yg mba…semoga kita semua sehat selalu.

  3. Aku belum memiliki pengalaman dengan covid. Tapi selalu sedih jika mendengar teman, tetangga atau keluarga yang terkena covid.

    Berdasakan cerita dari temanku, awal infeksi dia mengalami demam tinggi dan cepat lelah. Akhirnya dia isolasi mandiri di rumah. Setiap hari kondisinya dipantau oleh pihak puskesmas. Kalau pagi dia rajin berjemur. Mungkin skitar 1 minggu dia terinfeksi virus. Saat ini dia rajin berjemur pada pagi hari.

  4. Pas awal-awal aku juga menelan mentah-mentah semua berita kak, alhasil jadi panik dan bingung harus gimana apalagi masih harus ngantor dan di rumah ada Mamah. Yang aku pikirin takutnya jadi pembawa virus dan nularin ke Mamah. Jadinya sejak saat itu aku males lihat berita lagi dan bisa dibilang malah nggak update lagi tentang covid, tapi tetep mengikuti protokol kesehatan.

    Terima kasih sudah berbagi cerita kak, banyak banget informasi yang bisa diambil setelah baca tulisan Kak Reno. Stay Safe & Healthy ya kak

  5. Aku juga pernah ngerasain kepanikan karena virus covid 19 ini, tapi aku coba untuk mengembalikan lagi pemikiran yang lurus dan tetep waspada.. Apalagi saat itu aku harus tetap masuk kerja dan gak ada wfh.. Aku pernah temui juga beberapa wilayah Bogor yang udah masuk zona merah tapi warganya masih banyak yang abai pakai masker dan kayak gak peduli gitu.. Sepele tapi imbasnya kena ke orang lain yang patuh sama protokol kesehatan

    Sekarang reaktif covid sudah bermacam2 ya kak, alhamdulillah dapet pengetahuan baru lagi soal covid 19..
    salam sehat selalu kak

    1. Iya di beberapa daerah pulau jawa, covid seperti sudah tidak ada. tapi udah ga mau mikirin terlalu dalam sih. yang penting diri sendiri dulu aja

  6. Hai kak. Aku juga penyitas covid. Kita udah berjuang ya. Yang penting memang jangan panik dan tetap tenang. Krn klo kita tenang akan mempengaruhi imun kita juga. Sehat selalu ya kak.

  7. Gue udah dengar ceritanya, tapi tetap aja salut sama perjuangan Uni Reno buat sembuh. Gimana nyari info sana-sini buat isolasi supaya Ibu enggak ketularan (lagi, setelah anosmia). Gimana perjuangan menjaga kewarasan di tengah kekalutan saat tahu kalau positif. Salute!

    Terima kasih sudah berbagi pengalaman ya.

  8. Alhamdulillah saya dan keluarga aman dan semoga selalu aman dari covid. Kalau dengar cerita teman yang sampai gak berasa penciumannya walaupun dikasih minyak wangi yang paling menusuk hidung, itu kasihan. Padahal kalau norma, gak akan kuat cium minyak wangi itu

  9. Terima kasih sudah berbagi, Kak. Semoga tetap sehat selalu ya dan nggak ada dampak lebih lanjut sehabis terpapar. Soalnya banyak yang masih merasakan gejala-gejala lain, seperti mudah lelah dan masih susah mengidentifikasi rasa. Salut buat semua yang masih harus WFO di pandemi ini. Stay safe and healthy!

  10. Bener. Siapapun pasti akan panik sih ketika terdeteksi positif. Dahulu virus ini ada di Wuhan, sekarang sudah berada di keluarga kita. Tapi semoga setelah ini, dunia membaik bagi kita dan orang lain.

  11. Pas awal tahun juga saudara ada yang kena covid. Langsung khawatir ngehubungin keluarga siapa aja yang kontak langsung. Alhamdulillah semua aman. Paklek dan bulek yang kena covid juga sudah sembuh. Semoga kita semua selalu diberikan kesehatan ya kak. Aamiin

  12. Semangat Kak, saya juga salah satu penyitas covid (alumni wisma atlet) meskipun gak banyak org tau haha. Tapi waktu itu saya obatnya cuma beberapa vitamin aja dan gak sebanyak itu, dan yang pasti obat paling manjur itu adalah berpikir positif dan pikiran tenang.

  13. Sempat juga merasa penat karena ngurusin karyawan/keluarga nya yang terkena covid-19. Masalah nya bukan semata di virus tsb tapi karyawan yang tidak info kalau di terkonfirmasi covid-19. Sehingga menulari kontak eratnya. Sudah di jatuhi sanksi, tetap aja ada karyawan yang melakukan hal yang sama. Jadi, salut untuk kak reno yg tdk nenyembunyikan realita. Sehat2 kakakku sayang

    1. Iya kak, kemarin banyak dilemanya. apalagi tidak punya kendaraan pribadi, mau naik taksi online aja susah. nyari yang pakai protokol di aplikasinada eh kenyataannya ga dipasang.

      Order taksi online trus chay bahwa aku positif covid sama sopirnya klo dia mau dia udah tau resikonya, kepikirannya gitu aja waktu itu.

      1. Salut untuk ikhtiar kak Reno dan penyintas covid-19 lainnya yang pastinya ndak mudah. Setelah dinyatakan negatifpun, ada yang meragukan atau khawatir ada di dekat kita kah kak? Walaupun sudah mengikuti.protocol kesehatan….

  14. Kak, terima kasih sudah berbagi pengalaman jadi penyintas Covid ini.
    Alhamdulillah kakak dan ibunya sudah sehat lagi. Semoga seterusnya sehat selalu..
    Dan semoga kita semua dalam lindungan-Nya. Amin

  15. Puji Tuhan Mba nya sudah pulih, dan terima kasih atas berbagi pengalaman yang sangat berharga ini, biar bagaimanapun kita tetap harus berhati hati dan tetap menjalankan protokol kesehatan, karna kita semua tidak tau kapan akan terjangkin penyakit ini, dan kita ada dalam badai yang sama, Sekali lagi Stay Strong Uni

    1. Makasih BangRul. iya ini sengaja di tulis sebagqi pengingat dan cacatan pribadi yang di publikasikan sih..

      Sehat sehat untuk kita semua

  16. Kak Reno terima kasih yah untuk berbagi pengalamannya, semoga kita semua bisa lebih bijak yah menghadapi pandemi ini. Karena kita harus saling menjaga, ga cuma buat diri sendiri. Semoga tetap sehat yah kak dan ga ada efek lanjutan dari si Covid-19 ini.

  17. Wahh beneran gak diduga ya kak. Aku kaget banget pas baca ibunya kakak justru negatif ya. Kuat banget imun ibu nya. Pdahal gejalanya hampir mirip

  18. Kebetulan banget aku anak yang abai dg covid. Tapi bukan berarti aku meremehkan atau tidak percaya.

    Disadari betul akibatnya banyak, tp akibat dr kecemasan dan rasa takut akan terpapar juga banyak.

    Kadang penting untuk kita paham, menghadapi suatu kondisi ya kak. Dan aku yang panikan ini berhasil pura pura cuek dari awal.

    Perjuangan tapi belum berhasil kak. Entah sampai kapan usainya.

    Btw terimakasiih info ini. Bermanfaat untuk dikantongi. Sehat selalu kak reno dan ibi suri.

    1. Sikap abai untuk mengurangi rasa cemas, diperbolehkan kali ya. karena stress juga mempengaruhi memburuknya imun tubuh. Tetap waspada aja terhadap kondisi kapan harus ketat, kapan hatus longgar.. masing masing kita punya standard sendiri, asal tidak merugikan orang lain.

  19. Pengalamanku terkait covid 19 adalah tinggal bersama dengan anggota keluarga yang memiliki hasil rapid reaktif, dan harus segera melakukan isolasi mandiri. Lalu, byk mendptkan kabar bahwa mantan teman kerja beberapa orang terdeteksi positif covid. Tidak hanya mereka, tetangga di lingkungan rumah semakin banyak pula yang terkena, jaraknya pun semakin dekat dengan tempat tinggal. Covid 19 memang terasa benar benar ada dan nyata, kita harus terus waspada dan menjaga diri. Dan baru-baru ini mendapat kabar pula bahwa anggota keluarga dekat pun terpapar. Lengkap sudah. Harus tetap dan terus berhati-hati juga berjuang.
    Untuk kak Reno semangat terus yah, semoga kaka sekeluarga selalu dalam lindungan Allah. Kakak sudah luar biasa sekali melewati semua perjuangannya, yang tentunya bukanlah hal yang mudah.
    Terimakasih atas cerita juga informasinya yang sangat bermanfaat, yang dapat dijadikan pegangan juga ilmu.

  20. Wahhh terima kasih kak sharing infonya, awal pandemi aku juga berasa overthinking.
    Semoga kak reno dan keluarga selalu diberi kesehatan yaaa dan Semoga pandemi lekas pergi.

  21. Menurut aku terpapar covid itu kaya semacem tinggal menunggu giliran aja. Karena kasus makin banyak, yg udah menaati prokes pun gak 100% terhindar apalagi yg engga yaa. dan sekarang lingkup terdekat aku mulai banyak yg terpapar. Semoga pandemi cepet berakhir, dan semoga ini menjadi pengalaman pertama dan terakhir ka Reno terpapar covid ya. Aamiin. Sehat² yaa kak makasih sharingnyaa

  22. Ku sudah pernah baca ig story tentang pengalamanmu sewaktu terpapar covid. Masih membayangkan kumur2 sampe gle gle gle itu maksudnya gimana 😅

    Semoga ceritamu sebagai penyintas covid bermanfaat buat teman2 di luar sana ya..

    1. Gle gle itu. Kumur kumur kerongkongan. Caranya masukan air kedalam mulut, trus menengadah (tengok ke atas). Buang napas. Dan airnya otomatis bergembung2 seperti air panas. Semoga paha.. eheheh bingung jelasinnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Time limit exceeded. Please complete the captcha once again.

Back to top button
error: Content is protected !!